EMSATUNEWS.CO.ID PONTIANAK – Pengusaha jasa konstruksi di dalam negeri umumnya dan Kalimantan Barat khususnya ‘menjerit’ meminta bantuan ke pemerintah. Menyusul lonjakan harga biaya material bangunan hingga solar industri.
Sementara, sejumlah proyek yang sudah diteken masih menggunakan nilai kontrak lama sebelum ada kenaikan harga-harga bahan material dan biaya lain.
Kontraktor berharap ada penyesuaian harga karena bisa mengancam nasib proyek yang telah disepakati. Terutama, untuk proyek-proyek yang sudah tender sejak tahun 2021-2023
Pemerhati Kontruksi Indonesia, Ibnu Sofyan menyebutkan, efek domino perang Rusia-Ukraina turut berdampak ke rantai pasok bidang jasa konstruksi.
“Pemerintah harus hadir, kita meminta ada eskalasi penyesuaian harga. Masalahnya begiini harga satuan mungkin seperti harga semen Rp 50 ribu kini jadi 80 ribu kita buntung juga ,” kata Ibnu Sofyan ketika bertandang di Pontianak kepada Emsatunews, Selasa (20/12/22)
“Harga material naik sampai 50-70%, semen, baja, alumunium, BBM naik. Kalau tak dilakukan eskalasi, saya sampaikan ke KPK, yang harus jadi perhatian. Jangan sampai di akhir anggaran pelaku usaha berakhir dengan pihak hukum, pengusaha mau untung bukan buntung,” tambahnya.
Dia pun menjabarkan ancaman yang mengintai proyek-proyek konstruksi jika eskalasi biaya tak dilakukan.
Pertama, kualitas akan dikorbankan yang dampaknya sangat serius.
Kedua, akan banyak kontraktor bermasalah dengan hukum karena mengerjakan di bawah spesifikasi yang sesuai kontrak.
Ketiga, bisa jadi akan ada pengurangan volume proyek demi sesuai spesifikasi tapi konsekuensi banyak proyek mangkrak. Misalnya pengerjaan jalan yang harusnya 2 km tapi karena biaya hanya 1 km saja.
“Ini kondisinya force majeure, harus segera ada tindakan dari pemerintah, “pintanya. (*)
Penulis : Welly Harpendi Emsatunews
Perwakilan Wilayah Kalimantan Barat