Berita UtamaDaerahNasional

100 Hari Luthfi-Yasin: “Speling” Jangkau 2 Juta Warga, Layanan Kesehatan Gratis di Hanya Dengan KTP

255
×

100 Hari Luthfi-Yasin: “Speling” Jangkau 2 Juta Warga, Layanan Kesehatan Gratis di Hanya Dengan KTP

Sebarkan artikel ini

Emsatunews.co.id, Semarang – Jelang 100 hari kerja kepemimpinan Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi dan Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen, program unggulan “Speling” (Dokter Spesialis Keliling) menjelma menjadi primadona baru bagi masyarakat pelosok. Inovasi layanan kesehatan ini berhasil memangkas jarak antara warga dan fasilitas kesehatan, cukup dengan membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP), layanan pemeriksaan kesehatan gratis bisa langsung dinikmati.

Program yang diluncurkan pada 4 Maret 2025 ini secara signifikan telah menjangkau sekitar 2 juta penduduk Jawa Tengah. Angka ini bukan hanya sekadar statistik, melainkan capaian monumental yang menempatkan Jawa Tengah sebagai provinsi dengan jumlah pemeriksaan kesehatan gratis (CKG) terbesar se-Indonesia. Ini menjadi bukti nyata bahwa program “Speling” benar-benar menyentuh lapisan masyarakat paling bawah, khususnya di 70 desa kategori miskin di 35 kabupaten/kota yang menjadi sasaran utama jangka pendek, dengan rata-rata 100 orang per desa yang memiliki faktor risiko tertentu.

Advertisement

Program “Speling” mengusung konsep layanan kesehatan “jemput bola”, membebaskan warga dari keharusan menempuh perjalanan jauh ke rumah sakit. Kini, titik-titik layanan seperti kantor balai desa menjadi pusat akses kesehatan. Beragam pemeriksaan dapat dilakukan, mulai dari deteksi Tuberkulosis (TBC), deteksi kanker serviks, pemeriksaan kesehatan jiwa, pemeriksaan kusta, hingga pemeriksaan ibu hamil.

Efektivitas dan dampak positif program ini telah mendapatkan apresiasi luas, baik dari masyarakat, tenaga medis, bahkan Menteri Kesehatan. Kualitas kesehatan warga Jawa Tengah terbukti meningkat berkat kehadiran layanan ini.

Sejumlah warga yang telah merasakan langsung manfaat “Speling” pun mengungkapkan kepuasan mereka. Sela Karainina Putri, warga Desa Karanggondang Pailus, Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara, merasa sangat terbantu setelah pemeriksaan janin di kandungannya. “Jika biasanya di bidan bayar Rp50 ribu, ini gratis. Lumayan bisa ngirit, uangnya bisa digunakan untuk kebutuhan yang lain,” ujar Sela dengan gembira.

Senada dengan Sela, Nur Wanti (37), warga Desa Bulurejo, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, juga menyatakan hal yang sama usai melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim melalui IVA test. “Saya periksa IVA test. Cek deteksi dini kanker leher rahim tadi,” katanya. Harapan serupa juga dilontarkan Sumarsono, warga Bulurejo lainnya, “Kegiatan ini perlu dilanjutkan ke depannya. Periksa kesehatan tidak bayar. Harapannya seperti itu.”

Gubernur Ahmad Luthfi menjelaskan, ada dua keuntungan utama yang didapat warga dari program “Speling”. Pertama, jarak balai desa yang dekat dengan tempat tinggal, sehingga lebih menghemat waktu. Kedua, cukup dengan membawa KTP, layanan kesehatan gratis bisa langsung diakses.

Program ini didukung oleh dokter spesialis dari tujuh rumah sakit milik provinsi, Dinas Kesehatan, dan rumah sakit swasta. Hal ini memastikan warga tidak perlu lagi pergi jauh ke puskesmas atau rumah sakit yang jaraknya bisa jadi berpuluh-puluh kilometer dari rumah mereka.

“Sudah 2 juta orang lebih. Ini terbesar se-Indonesia, bahkan Menteri Kesehatan mengapresiasi kegiatan kita. Ini untuk menunjang program pemeriksaan kesehatan gratis, sebagaimana perintah Presiden,” ungkap Ahmad Luthfi, saat meninjau pelaksanaan Program “Speling” di Kantor Desa Sampetan, Kecamatan Gladagsari, Kabupaten Boyolali pertengahan Mei lalu.

Tujuh rumah sakit pemerintah yang mendukung program ini meliputi RSUD Prof. Dr. Margono (mengampu wilayah Karesidenan Banyumas dan Kedu), RSUD dr. Moewardi (Karesidenan Solo), RSUD dr. Adhyatma (Karesidenan Semarang), RSUD dr. Rehatta (Karesidenan Pati), RSJD dr. Amino Gondohutomo (Karesidenan Pekalongan), RSJD dr. Arif Zainuddin (Karesidenan Kedu), dan RSJD dr. Soedjarwadi (Karesidenan Kedu dan Surakarta).

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah, Yunita Dyah Suminar, menambahkan bahwa “Speling” menjadi ujung tombak dalam upaya menekan angka TBC di Jawa Tengah. “Harus ditemukan dulu kasus TBC ini. Kemudian keluarga atau orang yang di sekelilingnya juga dicek. Dari satu orang yang sakit, tracing-nya minimal delapan orang. Dari situ akan ketahuan, tertular atau tidak,” jelas Yunita, optimis dengan angka Treatment Success Rate (TSR) atau peluang sembuh penderita TBC yang mencapai 9 dari 10 orang setelah perawatan rutin.

Dengan segala capaiannya, program “Speling” Gubernur Ahmad Luthfi dan Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen bukan sekadar program kerja, melainkan wujud nyata komitmen “Ngopeni Nglakoni” dalam menghadirkan layanan kesehatan yang inklusif dan merata bagi seluruh masyarakat Jawa Tengah.**( Joko Longkeyang ).

Konten Promosi
Iklan Banner