Scroll ke Atas
Berita UtamaPemalangPendidikan

Ciptakan Pemalang Bersih, Mahasiswa UIN Pekalongan Luncurkan Alat ASMA  

684
×

Ciptakan Pemalang Bersih, Mahasiswa UIN Pekalongan Luncurkan Alat ASMA  

Sebarkan artikel ini

Emsatunews.co.id, Pemalang- Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan, mahasiswa KKN Reguler Angkatan 59 UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan, Jawa, di Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, meluncurkan Program GPS (Gerakan Pengelolaan Sampah) dengan tema “Cipta Pemalang Bersih, Sampah Desa Selesai di Desa”. Program ini diluncurkan pada Kamis, 15 Agustus 2024, bertempat di Kantor Kelurahan Paduraksa, Kecamatan Pemalang.

Program GPS diinisiasi oleh 36 mahasiswa, terdiri dari 6 laki-laki dan 30 perempuan, yang tergabung dalam tiga kelompok KKN: Kelompok 66 (Kelurahan Mulyoharjo), Kelompok 67 (Kelurahan Bojongbata), dan Kelompok 69 (Kelurahan Paduraksa). Program ini dilandasi oleh Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya poin ketiga, yaitu Pengabdian Masyarakat.

“Program ini merupakan wujud nyata dari pengabdian kami kepada masyarakat. Kami ingin membantu mengatasi permasalahan sampah di desa-desa di Kecamatan Pemalang khususnya,” ujar Ketua Pelaksana Program GPS, Dwi Nugroho Al Karomaiyn.

Lebih lanjut disampaikan olehnya, Program GPS mengimplementasikan tiga metode pengelolaan sampah, yaitu:

1. Bank Sampah: Metode ini fokus pada pengolahan limbah anorganik yang masih bisa didaur ulang. Mahasiswa KKN akan bekerja sama dengan warga untuk memilah sampah anorganik dan menjualnya ke pengepul.

Baca Juga :  Sebuah Truk Bermuatan Blantak di Semarang Tersesat Jalan Usai Dapat Tumpangan Dua Wanita Berparas Cantik Jelita

2. ASMA (Alat Sampah Minim Asap): Metode ini ditujukan untuk mengolah limbah anorganik yang tidak bisa didaur ulang. ASMA merupakan alat pembakar sampah yang dirancang untuk meminimalkan emisi asap dan sesuai dengan UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, Pasal 29 ayat 1 huruf G yang melarang pembakaran sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah.

3. Biopori: Metode ini fokus pada pengolahan limbah organik. Mahasiswa KKN akan membantu warga membuat lubang biopori di tanah untuk mempercepat proses penguraian sampah organik.

 

Terkait dengan ASMA, Imam Arif Santoso mengatakan Program GPS menggunakan dua tong drum bekas oli untuk membuat ASMA. Satu tong drum digunakan untuk membuat bagian bawah turbin dan lubang ventilasi, sementara tong drum lainnya digunakan untuk membuat bagian luar ASMA yang berfungsi mengisolasi proses aliran udara.

Meskipun ASMA dirancang untuk meminimalkan emisi asap, program ini memiliki beberapa tantangan dalam penerapannya:

1. Keterbatasan Kapasitas: Satu perangkat ASMA hanya dapat menampung sampah dalam skala satu RT. Jika satu perangkat ASMA digunakan untuk satu rumah, hal ini dapat menimbulkan bahaya dan efek gas rumah kaca.

Baca Juga :  Berbagi Kebaikan Dibulan Ramadhan,Kodim Sragen Dirikan Dapur Umum

2. Waktu Operasional: Proses pengoperasian ASMA dibatasi 3 jam sekali, dengan jam operasional terbagi menjadi dua waktu, yaitu pagi (07.00 – 09.00) dan sore (15.00 – 17.00).

3. Proses Pengoperasian: Sampah harus dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam ASMA setiap beberapa detik.

“Kami menyadari bahwa program ini masih memiliki beberapa kendala. Namun, kami akan terus berupaya untuk meningkatkan efektivitas program ini dengan melakukan evaluasi secara berkala dan mencari solusi untuk mengatasi kendala yang dihadapi,” jelas Imam Arif Santoso.

Di tempat yang sama, M. Uways Alqoni menambahkan Program GPS diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat di Kecamatan Pemalang. Program ini tidak hanya membantu mengurangi volume sampah, tetapi juga meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah yang baik.

“Kami berharap program ini dapat menjadi contoh bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan bersama-sama mewujudkan Pemalang yang bersih dan lestari,” tutup M. Uways Alqoni.( Joko Longkeyang ).