Artikel

Analisis Fitokimia dan Manfaat Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera)

45
×

Analisis Fitokimia dan Manfaat Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera)

Sebarkan artikel ini

Oleh : A’mirotul Hasnah, Muhammad Giffard Azami, Ghefira Khoirina Putri, Muhammad Sakti Maulana (Mahasiswa Program Studi D3 Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Pekalongan) dan Dr. Ika Arifianti M.Pd  (Dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia, Fakultas Farmasi, Universitas Pekalongan)*

 

Advertisement

Potensi ekstrak daun kelor, mungkinkah menjadi solusi lintas bidang?

“Herbal bukan hanya peninggalan tradisi, tetapi fondasi inovasi untuk kesehatan dan pangan masa kini”

Belakangan ini daun kelor (Moringa oleifera) kembali menjadi perhatian karena kandungan fitokimianya yang sangat beragam, mulai dari alkaloid, flavonoid, tanin, fenol, terpenoid hingga saponin. Senyawa-senyawa tersebut memiliki aktivitas biologis yang penting seperti antibakteri, antimikroba, dan antioksidan. Temuan ini menegaskan bahwa kelor bukan hanya tanaman herbal tradisional, tetapi bahan alam dengan potensi luas untuk dikembangkan secara ilmiah. Berbagai penelitian menunjukkan manfaat signifikan dari ekstrak daun kelor, seperti dalam peternakan dimana ekstraknya mampu meningkatkan produksi telur sekaligus menurunkan kadar kolesterol. Hal ini terkait dengan tingginya vitamin C dan antioksidan pada kelor yang dapat menekan pembentukan lemak.

Baca Juga :  HIV/AIDS di Era Modern, Harapan Baru Lewat Terapi

Di bidang pengolahan pangan, ekstrak kelor terbukti mampu mempertahankan kesegaran ikan hingga 12 jam berkat sifat antibakterinya. Sementara itu, dalam dunia farmasi, kombinasi ekstrak kelor dan daun sirih dapat diformulasikan menjadi gel pembersih tangan dengan aktivitas antimikroba yang baik. Nilai gizi kelor yang sangat tinggi—terutama vitamin A, vitamin C, kalsium, protein, dan zat besi—juga menjadikannya bahan potensial untuk MPASI dan makanan fungsional. Tidak hanya itu, ekstrak daun kelor terbukti efektif sebagai insektisida alami untuk mengendalikan hama ulat krop pada tanaman kubis, menawarkan alternatif ramah lingkungan terhadap pestisida kimia. Penelitian tentang penambahan sari daun kelor pada yoghurt pun menunjukkan peningkatan kandungan protein, meskipun sifat antibakterinya perlu diseimbangkan agar proses fermentasi tetap optimal.

Baca Juga :  Filosofi Daun Kering, Belajar Menghargai Kebaikan yang Terlupakan

Melalui beragam penelitian tersebut, jelas bahwa daun kelor memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan di berbagai sektor, mulai dari kesehatan, pangan, kosmetik, pertanian hingga peternakan. Pertanyaan utama saat ini bukan lagi “apakah kelor bermanfaat?”, tetapi bagaimana memaksimalkan potensi ilmiahnya agar dapat dikembangkan menjadi komoditas bernilai tinggi. Jika didukung penelitian lanjutan dan pengembangan produk yang tepat, daun kelor memiliki peluang besar menjadi aset hayati unggulan Indonesia.*