Oleh: Belita Aura Merina, Shinta Qusnul Khasanah, Gilang Putra Ramadhan (Progam Studi DIII Farmasi Universitas Pekalongan) dan Dr. Ika Afirianti, M.Pd. (Dosen Universitas Pekalongan)*
Penyakit menular yang sangat berbahaya yang dikenal sebagai HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) terus menjadi tantangan kesehatan masyarakat pada zaman modern. Virus yang dikenal sebagai HIV ini memiliki sasaran terhadap sistem imun tubuh, dan dapat menurunkan kekebalan tubuh. Tahap terakhir dari infeksi HIV, yang dikenal sebagai AIDS, terjadi ketika virus telah merusak system kekebalan tubuh secara serius. Menurut International Labour Organization (ILO) (2019), HIV dapat merusak sel darah putih, komponen vital dari Sistem kekebalan tubuh yang berperan penting dalam melawan infeksi dan penyakit. Ketika HIV menghancurkan sel-sel ini, system kekebalan tubuh menjadi lemah, sehingga individu lebih rentan terhadap penyakit.Sederhananya, keadaan ini bisa dianalogikan dengan sebuah negara yang tidak memiliki system pertahanan, yang membuatnya mudah diserang oleh pihak luar. Ketika sistem kekebalan tubuh mengalami penurunan hingga tingkat yang serius, kondisi ini dikenal sebagai AIDS.
Infeksi AIDS berkembang secara bertahap, sering kali diawali tanpa gejala yang jelas dan tidak terdeteksi dalam tes HIV, sehingga banyak orang tidak menyadarinya. Meski belum menunjukkan tanda-tanda AIDS, individu tersebut dapat menularkan HIV kepada orang lain (ILO, 2019). Penularan HIV/AIDS terjadi melalui berbagai cara, termasuk kontak dengan darah, air mani, air liur, ASI, feses, air mata, urin, dan keringat. Sumber penularan yang umum meliputi hubungan seksual dengan pengidap HIV, penggunaan jarum suntik yang terinfeksi, dan transfusi darah yang terkontaminasi. Selain itu, infeksi HIV juga dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi kepada anaknya selama proses persalinan atau melalui ASI (Binov Handitya, 2019).
Masalah HIV/AIDS telah menjadi isu kesehatan masyarakat global yang signifikan. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini terus meningkat, dengan angka infeksi yang lebih tinggi di daerah urban dibandingkan dengan pedesaan, meski kini juga telah menyebar ke desa desa terpencil. Saat ini, epidemi HIV global mengalami tren peningkatan (Suriata et al. , 2017). Di Indonesia, sekitar 5. 100 kasus infeksi baru HIV terjadi setiap tahun di kalangan ibu hamil, angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lain seperti MSM (Man Sex With Man) (Kementerian Kesehatan, 2023; Haroen et al., 2024). Penting untuk memberikan pemahaman yang mendalam mengenai HIV/AIDS sebagai isu kesehatan global yang mendesak, terutama di Indonesia. Salah satu tujuan utama dari upaya ini adalah meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai cara penularan HIV/AIDS, yang dapat terjadi melalui hubungan seksual, penggunaan jarum suntik yang tidak steril, serta transfusi darah. Dengan pengetahuan yang lebih baik mengenai risiko penularan ini, diharapkan masyarakat dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang efektif untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang lain.
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2014), pengobatan antiretroviral adalah komponen penting dalam penanganan HIV dan AIDS. Tujuan utama dari pengobatan ini dapat mengurangi risiko penularan HIV, menghambat perkembangan infeksi, meningkatkan kualitas hidup penderita, serta menurunkan jumlah virus (viral load) dalam darah hingga tidak terdeteksi. Pengobatan antiretroviral sangat vital bagi pasien yang terinfeksi HIV dan AIDS, dan tersedia bagi penderita dewasa serta anak-anak berusia 5 tahun ke atas yang memenuhi kriteria tertentu, termasuk mereka yang memiliki pasangan dengan status negatif dan tinggal di daerah berisiko tinggi terhadap penyebaran HIV.
Dalam pemberian antiretroviral, perlu mempertimbangkan kombinasi tiga jenis obat yang efektif, dengan memperhatikan faktor-faktor seperti efektivitas, efek samping, interaksi obat, kepatuhan, dan biaya. Pedoman ini juga mencakup prosedur diagnosis HIV, evaluasi setelah diagnosis, serta strategi pengobatan antiretroviral yang terintegrasi dengan layanan perawatan dan dukungan bagi individu yang hidup dengan HIV/AIDS.*












