Emsatunews.co.id, Pemalang — Sebuah mushola kecil berukuran 6 x 6 Meter berdiri di kawasan Perumahan Kota Bale Agung (KBA) Blok M21, Desa Saradan, Kecamatan Pemalang, kini menjadi oase spiritual baru bagi masyarakat sekitar. Mushola yang diberi nama Nyudho Roso itu didirikan oleh DR. (C) Imam Subiyanto, S.H., M.H., CPM., seorang pengacara, ahli hukum dan dosen di salah satu perguruan tinggi.
Meski dibangun secara pribadi di lingkungan kantor hukumnya, Mushola Nyudho Roso dibuka untuk umum sebagai wadah ibadah sekaligus ruang refleksi bagi siapa pun yang ingin menenangkan diri di tengah kesibukan dunia.
Dalam wawancara pada Sabtu (4/10/2025), Imam Subiyanto menjelaskan makna mendalam dari nama Nyudho Roso yang diambil dari filosofi Jawa kuno “Nyudho Roso”. Menurutnya, istilah tersebut menggambarkan proses membuka rasa, sebuah upaya untuk memahami diri, memperluas kesadaran batin, dan menumbuhkan kepekaan spiritual terhadap Tuhan, sesama, serta alam semesta.“Nyudho Roso berarti membuka rasa, bukan sekadar berpikir, tetapi menyelami batin. Ini adalah bentuk mawas diri, refleksi yang membuat manusia sadar atas tindakannya dalam hubungan dengan sesama, dengan alam, dan dengan Tuhannya,” ujar Imam SBY.
Lebih jauh, Beliau menilai bahwa praktik Nyudho Roso sulit dilakukan jika seseorang masih terikat oleh kesempitan batin. Ia menegaskan bahwa semakin luas batin seseorang, semakin besar pula kapasitas jiwanya dalam menampung kebijaksanaan hidup.“Ketika manusia hanya sibuk dengan ego, perhitungan cinta, dan pamer eksistensi, ia justru kehilangan jati diri. Padahal, kesadaran sejati muncul saat kita mampu mengambil jarak dari diri sendiri dan melihat kehidupan dengan kejernihan,” ungkapnya.
Dalam pandangannya Nyudo Roso bukan hanya konsep spiritual, melainkan latihan mental untuk membangun daya tahan batin di tengah tekanan hidup modern. Ia mengibaratkan, manusia yang mampu membuka rasa akan lebih kuat menghadapi cobaan, karena jiwanya mampu menangkap “keriap cahaya Tuhan Yang Maha Gembira”. “Tuhan memancarkan kegembiraan melalui hal-hal kecil yang sering kita lupakan. Bahkan kemampuan untuk sekadar bernapas, tersenyum, atau bersyukur adalah anugerah besar. Jika kita sadar, maka tak ada lagi yang perlu diratapi,” jelasnya.
Imam berharap, keberadaan Mushola Nyudho Roso tidak hanya menjadi tempat beribadah, tetapi juga menjadi ruang sunyi bagi siapa pun yang ingin menenangkan hati dan merenungi makna hidup.
“Kita hidup di zaman yang bising, penuh klaim dan perdebatan. Melalui Mushola ini, saya ingin menghadirkan kembali kesadaran untuk hening, untuk Nyudo Roso agar manusia dapat menemukan kedamaian sejati dalam dirinya,” tutup Imam Subiyanto. ( Joko Longkeyang ).