Berita UtamaNasional

Meet the Leaders Universitas Paramadina, Shinta W. Kamdani: Indonesia Incorporated Kunci Penciptaan Lapangan Kerja dan Ketahanan Ekonomi

32
×

Meet the Leaders Universitas Paramadina, Shinta W. Kamdani: Indonesia Incorporated Kunci Penciptaan Lapangan Kerja dan Ketahanan Ekonomi

Sebarkan artikel ini
Ketua Umum AAPINDO Shinta W Kamdani.(Foto: dok)

EMSATUNEWS.CO.ID, JAKARTA – Universitas Paramadina kembali menghadirkan forum diskusi Meet the Leaders yang kali ini mengangkat tema “Indonesia Incorporated: Driving Job Creation and Economic Resilience in an Era of Global Uncertainty”.

Advertisement

Acara ini menghadirkan Ketua Umum APINDO, Shinta W. Kamdani sebagai narasumber, dengan sambutan dari Rektor Universitas Paramadina, Prof. Didik J. Rachbini, Ph.D., serta dipandu oleh Wijayanto Samirin, MPP. sebagai host. Diskusi berlangsung di Auditorium Benny Subianto, Kampus Kuningan Universitas Paramadina.

Dalam pengantarnya, Prof, Didik menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi itu hanya bisa didorong lewat industri, pertanian, pariwisata.

“Seperti pernah dilakukan di era soeharto, dengan deregulasi dan debirokratisasi sehingga industri tumbuh 10% dan ekspor 24 %, walaupun suku bunga tinggi,” ujarnya.

Dalam paparannya, Shinta W. Kamdani menekankan pentingnya membangun konsep Indonesia Incorporated sebagai strategi kolektif dalam menghadapi tantangan ekonomi global.

Menurutnya, konsep ini bukan hanya sekadar gotong royong. Indonesia Incorporated bukan hanya sekadar gotong royong tapi lebih dari itu yakni sebagai bagian dari pemegang saham, yang punya hak dan kewajiban.

“Hak, tidak hanya deviden tapi hak untuk kita bisa menyampaikan sesuatu dan bisa dilaksanakan. Kewajiban kita, harus membantu bagaimana bisa membesarkan korporasi kita agar bisa sukses dan besar,” katanya.

Shinta yang juga CEO Sintesa group ini menggambarkan Indonesia yang diharapkan ke depan sebagai negara yang maju dalam karya, adil dalam kesempatan, hijau dalam alam, serta bersatu dalam keragaman.

Menurutnya, Indonesia harus melampaui ketergantungan pada sumber daya alam dan berfokus pada inovasi.

Ia menyoroti bahwa peringkat nilai tambah produk ekspor Indonesia justru menurun, dari posisi 54 pada tahun 2000 menjadi 70 pada 2023. Setiap warga negara juga harus mendapat akses yang sama untuk berkembang.

“Sementara partisipasi tenaga kerja wanita hanya 56,42% sedangkan laki-laki mencapai 84,66%,” ungkapnya.

Kemajuan sejati, tambahnya, adalah ketika pertumbuhan ekonomi tidak mengorbankan kualitas lingkungan, dan persatuan dalam keragaman harus menjadi kunci memperkuat bangsa.

Ia juga menyoroti pentingnya investasi pada sumber daya manusia. Dari total populasi 286 juta, sebanyak 153 juta merupakan angkatan kerja aktif.

Generasi muda, khususnya 69 juta milenial dan 74 juta Gen Z, memiliki potensi besar karena lahir sebagai digital native, innovative, and adaptive.

Namun, Shinta mengingatkan adanya hambatan serius dalam penciptaan lapangan kerja. “Pada 2024 kebutuhan lapangan kerja mencapai 12,2 juta orang. Dengan kebutuhan lapangan kerja baru 4,4 juta orang,”katanya.

“Pengangguran sebesar 7,8 juta orang. Yang terserap hanya 4,8 juta orang. Trend ini menunjukkan adanya masalah struktural dalam penciptaan lapangan pekerjaan,” imbuhnya.

Selain itu, kualitas tenaga kerja dinilai belum sebanding dengan kebutuhan industri. Dari seluruh lulusan, 36,5% hanya berpendidikan SD dan lulusan S1 baru 12%. Akibatnya, hanya 26% pelaku usaha yang menilai tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan industri.

Persoalan besar lainnya adalah dominasi sektor informal yang hampir mencapai 60%, bahkan menurut data ILO bisa lebih dari 70%.

“Informal sektor didominasi oleh UMKM yang 56 juta UMKM aktif jumlahnya. UMKM adalah kategori jenis/level usaha. Sedang entrepreneurship/wirausaha sekitar 3,5% dari populasi. Entrepreneur harus punya inovasi. Sebagian UMKM bisa dianggap entrepreneur tapi kebanyakan UMKM tidak punya inovasi dan tidak dianggap entrepreneur,” terangnya.

Sebagai perbandingan, tingkat kewirausahaan di Thailand mencapai 4,8% dari populasi, sementara Singapura bahkan 11–12%. Shinta menegaskan bahwa peningkatan jumlah wirausaha sejati merupakan kunci bagi pertumbuhan ekonomi sekaligus penciptaan lapangan kerja yang berkualitas.*

Konten Promosi
Iklan Banner