Scroll ke Atas
Berita Utama

Jaga Kerukunan, Lestarikan Budaya Kearifan Lokal Dalam Tradisi Nyadran

116
×

Jaga Kerukunan, Lestarikan Budaya Kearifan Lokal Dalam Tradisi Nyadran

Sebarkan artikel ini

EMSATUNEWS.CO.ID, SRAGEN – Nyadran merupakan salah satu tradisi yang masih lekat dalam kehidupan masyarakat Jawa. Tradisi Nyadran merupakan suatu budaya mendoakan leluhur yang sudah meninggal dan seiring berjalannya waktu mengalami proses perkembangan budaya sehingga menjadi adat dan tradisi yang memuat berbagai macam seni budaya.

Seperti yang dilakukan Serka Sugito Babinsa Kel. Kroyo Koramil 02/Karangmalang Kodim 0725/Sragen kumpul dengan warganya melaksanakan Nyadran tiap tahun sekali pada bulan Muharom bertepatan dengan Jum ‘at (18/08/2023) legi.

Baca Juga :  Menjawab Isu Resesi Indonesia tahun 2023

Menurut Serka Sugito nyadran sebagai wujud mengucapkan rasa syukur yang dilakukan secara kolektif dengan mengunjungi makam atau kuburan leluhur yang ada di suatu kelurahan atau desa. Nyadran dimaksudkan sebagai sarana mendoakan leluhur yang telah meninggal dunia, mengingatkan diri bahwa semua manusia pada akhirnya akan mengalami kematian, juga dijadikan sebagai sarana guna melestrikan budaya gotong royong dalam masyarakat sekaligus upaya untuk dapat menjaga keharmonisan bertetangga melalui kegiatan kembul bujono (makan bersama).

“ Tata cara pelaksanaan tradisi nyadran tidak hanya sekedar ziarah ke makam leluhur tetapi juga terdapat nilai-nilai sosial budaya seperti gotong royong, pengorbanan, ekonomi, menjalin silaturahmi, dan saling berbagi antar masyarakat di suatu lingkungan,“ ucap Babinsa.

Baca Juga :  Babinsa Jayengan Berikan Rasa Aman Pada Ibadah Minggu Pagi

Tradisi Nyadran dilakukan dengan kearifan lokal masing-masing sehingga dibeberapa tempat terdapat perbedaan-perbedaan dalam prosesi pelaksanaannya.

“Dalam perjalanannya terdapat pengembangan-pengembangan dalam prosesi Nyadran yakni dengan memasukkan unsur-unsur budaya, salah satunya yakni dengan menampilkan bebagai kesenian khas daerah tersebut sebagai unsur pertunjukan, “ jelas Sugito.*