Scroll ke Atas
Berita UtamaBrebes

Masyarakat Jatisawit Sholat Ied di Lapangan Tegong , Tema Khutbah Maaf-Maafan Bagian Tradisi Untuk Bersihkan Hati Nurani.

218
×

Masyarakat Jatisawit Sholat Ied di Lapangan Tegong , Tema Khutbah Maaf-Maafan Bagian Tradisi Untuk Bersihkan Hati Nurani.

Sebarkan artikel ini

EMSATUNEWS.CO.ID, BREBES – Saling meminta Maaf atau maaf-maafan adalah bagian dari tradisi untuk membersihkan hati dan memperbaiki hubungan antar sesama setelah menjalani ibadah puasa selama Ramadhan.

Kata maaf berasal dari bahasa Arab al-‘afwu yang artinya sikap memberi ampun terhadap kesalahan orang lain tanpa ada rasa benci, sakit hati, atau balas dendam.

Sedikitnya ada enam nilai kebaikan yang patut dipertahankan pasca-Ramadhan. Dalam melestarikan nilai-nilai kebaikan , dilanjutkan di bulan berikutnya.

Agar kita tidak mudah melakukan dosa, lebih berhati-hati dalam mengambil sikap dan tindakan, bersikap jujur, memiliki semangat persatuan dan persaudaraan, serta melakukan pengendalian diri.

Hal tersebut di sampaikan Al-ustadz Drs Sodhikun Al-Azhar dalam kotbah shalat idulfitri 1445 H/2024 M yang di gelar di Lapangan Tegong Jatisawit, Bumiayu, Brebes (10/4-2024).

Dhikun menambahkan, setelah sebulan kita melaksanakan Ibadah puasa dilatih mengendalikan nafsu dan keinginan, maka sejak fajar tadi pagi kita telah berpisah dengan Ramadan, memasuki bulan Syawal.

Kita tidak tahu apakah kita masih diberi waktu untuk bertemu dengan Ramadan tahun mendatang.

Hari raya Idul Fitri merupakan hari suci karena hari Ini kita telah berada dalam ampunan Alloh, suci dari noda dan dosa. Namun Itu semua tergantung pada tingkat keikhlasan amal perbuatan kita kepadaNya selama Ramadan.

Melalui ibadah puasa kita menjalani latihan mental, untuk mampu menguasai dan mengenal diri, serta mampu mengendalikan dan menahan diri dari tipu daya yang menyesatkan.

Al Qur’an menjelaskan tentang perilaku yang dapat menyakitkan orang lain dan yang dapat menghancurkan sendi-sendi persaudaraan sesama muslim dan sesama manusia seperti, suka menghina, mencela dan menyebut orang lain dengan sebutan yang tidak terpuji.

Hal ini dilarang oleh Alloh SWT. Oleh karena itu janganlah mencaci maki karena bisa jadi, orang yang dicacimaki bisa lebih baik daripada orang yang mencacimaki. Dan janganlah suka berburuk sangka, suka mencari aib dan suka mengumpat orang lain.

Baca Juga :  Jaga Netralitas TNI Pada Pam Pilkades, Anggota Kodim 0726/Sukoharjo Diberi Pengarahan Dandim

Marilah kita renungkan Al Qur’an surat Al Hujarat: 12 “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sebagian berprasangka itu ilalah dosa. Takutlah kamu sesungguhnya Alloh Penerima taubat lagi maha penyayang.”

Tidak ada perumpamaan terjelek dalam Al Qur’an kecuali perumpamaan dari perilaku orang yang suka berburuk sangka dan mengungkap aib orang lain.

Kita harus menghindari perilaku seperti ini agar kita tetap kokoh membangun sendi-sendi cinta kasih dan persaudaraan dengan sesama, yang akan membawa kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.

Janganlah suka iri dan dengki pada nikmat yang diraih oleh orang lain. Rosululloh menjelaskan bahwa kedengkian itu akan mengikis habis kebaikan, seperti nyala api yang menghanguskan kayu bakar.

Sebagai refleksi kita perhatikan dialog kecil antara Rosululloh SAW dengan para sahabat, “Tahukah kalian, siapakah orang yang jatuh dan bangkrut Itu? Sahabat menjawab: Orang yang bangkrut itu lalah orang yang tidak mempunyai dinar, dirham dan tidak mempunyai kekayaan lainnya,”

Sedangkan Rosululloh menjawab, “Orang yang jatuh bangkrut itu adalah orang yang besok di hari kiamat datang menghadap Alloh dengan membawa pahala sholat, pahala zakat, pahala puasa, namun ia juga membawa dosa karena suka menghujat orang, suka menuduh orang, suka makan harta orang lain.

Maka dari pahala-pahala tersebut yang didapat akan diberikan kepada orang yang disakitinya. Jika itu belum cukup, maka dosa orang yang disakiti akan diambil oleh Alloh dan dibebankan kepadanya. Dan akhirnya dia dilemparkan dan dicampakkan ke dalam api neraka”. (HR. Muslim).

Hindari sikap iri dan dengki kepada orang lain. Kedengkian hanyalah akan membuat hati dan pikiran menderita, dan tidak akan sedikitpun mengurangi anugerah Alloh SWT yang diberikan kepada yang Dia kehendaki.

Baca Juga :  Plt. Bupati Pemalang Lepas Puluhan Ribu Warga pada Jalan Sehat Gebyar Muktamar Muhammadiyah ke 48

Kedengkian hanya akan membuat diri kita tidak bisa berprestasi. Kedengkian hanya akan merefleksi perilaku buruk yang tidak layak untuk diteladani oleh generasi penerus.

Suka memaafkan kesalahan orang lain dan keras kepala, prilaku seperti ini pasti akan merusak agungnya makna cinta kebersamaan dan persaudaraan.

Suka menganggap diri paling pandai, paling kuasa dan paling berjasa dibanding dengan orang lain. Oleh karena itu, sejauh mungkin kita harus menjauhkan diri dari perilaku ini. Sebab, kesombongan tidak pernah bermanfaat dan sia-sia belaka.

Takutlah kamu Sesungguhnya Alloh Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Tidak ada perumpamaan terjelek dalam Al Qur’an, kecuali perumpamaan dari perilaku orang yang suka berburuk sangka dan mengumbar aib orang lain.

Oleh karena itu kita harus menghindari perilaku seperti ini, agar kita tetap kokoh membangun sendi-sendi cinta kasih dan persaudaraan dengan sesama, yang akan membawa kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.

Marilah kita renungkan, bahwa sehebat apapun manusia adalah tetap manusia yang penuh dengan keterbatasan diri.

Di atas langit masih ada langit, Jauhkan sejauh mungkin sikap sombong, karena sombong adalah virus yang sangat berbahaya yang dapat merusak sendi-sendi persaudaraan dan memutuskan silaturohim.

Abdullah bin Ubay menceritakan saat sedang berkumpul dengan Rosululloh SAW, tiba-tiba beliau berkata: “Janganlah duduk bersamaku orang yang memutuskan tali silaturohim. Maka segeralah berdiri seorang pemuda meninggalkan majelis tersebut, diikuti oleh seorang wanita yang ternyata adalah bibinya, yang rupanya keduanya sudah lama tidak saling menyapa.

Pemuda itu kemudian meminta maaf kepada bibinya, demikian pula bibinya setelah itu barulah keduanya kembali ke majelis.

“Kemudian Nabi bersabda, Sesungguhnya Rahmat Alloh tidak akan turun kepada suatu kaum yang didalamnya ada orang yang memutuskan tali silaturohim,” pungkas Dhikun dan tutup dengan doa. (Dun/Yan)