EMSATUNEWS.CO.ID, KENDAL – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, gelar Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka Penyusunan Laporan Evaluasi Pemilihan Tahun 2024, Rabu (19/2/2025), di Hotel Sae In Kendal.
FGD yang dibuka secara resmi oleh Ketua KPU Kabupaten Kendal, Khasanudin, dengan menghadirkan 3 orang nara sumber antara lain Prof Mudjahirin Thohir, Dr Muhammad Abdullah dan Dr Turdiyantoro.
Khasanudin mengatakan bahwa evaluasi secara internal di KPU Kabupaten Kendal sudah dilakukan, namun kita mengharapkan bahwa dalam FGD ini ada masukan dari para peserta diskusi sehingga dalam penyusunan laporan evaluasi Pilkada 2024 ada semacam data pembanding.
“Selanjutnya, dalam analisanya akan ada sebuah kesimpulan yang tidak hanya dibuat oleh KPU saja tapi juga ada yang dibuat oleh para peserta diskusi ini”, terang Khasanudin.
Prof Mudjahirin Thohir dalam paparannya mengemukakan bahwa dalam FGD, bukanlah forum ceramah akan tetapi sebagai forum berbagi pemahaman, pengkajian, dan permasalahan yang memerlukan jalan keluar.
“Perbedaan paham (berdasar perspektif beragam), perlu diposisikan sebagai orkestrasi dan bukan dikotomi. Dimana tujuannya adalah untuk memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan serupa agar menjadi lebih baik di masa depan”, terang Mudjahirin.
Tentunya, lanjut Mudjahirin, dibutuhkan kejujuran, bukan pembelaan diri. Sebagai etika dalam komunitas ilmiah universalisme, skeptisme, imparsialisme, justice, dan berbagi.
Sementara itu, Dr Turdiyanto, menyampaikan tentang beberapa aspek dalam tahapan pemilihan pada Pilkada 2024 di antaranya terkait dengan pendataan pemilih.
Turdiyanto mengemukakan bahwa pada Pilkada 2024 masih didapati pemilih yang sudah mati namun masih tercantum dalam daftar pemilih.
“Jadi hal tersebut perlu dilakukan evaluasi agar tidak terjadi lagi. Apalagi saat ini kemajuan teknologi sudah sangat maju”, ungkap Dr Turdiyanto.
Nara sumber lainnya, Dr Muhammad Abdullah, menyoroti tentang persoalan-persoalan politik tidak dikaitkan dengan aspek ideologis maupun itheologis maka akan menjadi sekuler.
“Seorang pemimpin harus punya wawasan jauh ke depan untuk mengajak masyarakat bersih dari korupsi, dari nepotisme dan dari politik uang”, tandas Dr Muhammad.