Emsatunews.co.id, Pemalang – Inspirasi dari Kisah Rasulullah ﷺ Memecahkan Batu dan Perjuangan Soichiro Honda dalam Membangun Usaha Lintas Generasi
Baik Rasulullah ﷺ dalam Perang Khandaq maupun Soichiro Honda dalam membangun perusahaannya, keduanya menghadapi kondisi tanpa sumber daya yang cukup, dalam tekanan besar, tetapi tetap memiliki visi jauh ke depan. Perjuangan mereka mengajarkan kita bahwa visi besar bisa lahir dari keterbatasan, asalkan ada keyakinan, strategi, dan ketangguhan untuk mewujudkannya.
1. Awal Perjalanan: Menghadapi Kesulitan & Keterbatasan
• Rasulullah ﷺ dan para sahabat dalam Perang Khandaq:
Mereka dalam kondisi lapar, kelelahan, dan dikepung musuh, tetapi harus terus menggali parit untuk bertahan. Saat menemui batu besar yang sulit dipecahkan, Rasulullah ﷺ tidak menyerah. Beliau memukul batu itu hingga pecah, dan setiap pukulan beliau iringi dengan visi kemenangan besar di masa depan:
• Pukulan pertama: “Kita akan menaklukkan Persia!”
• Pukulan kedua: “Kita akan menaklukkan Romawi!”
• Pukulan ketiga: “Kita akan menaklukkan Yaman!”
➡️ Ini menunjukkan bahwa visi besar harus tetap ada, meskipun situasi saat itu terlihat sulit dan tidak memungkinkan.
• Soichiro Honda dalam membangun perusahaan:
Jepang saat itu hancur akibat Perang Dunia II. Honda tidak punya modal besar, hanya memiliki keahlian teknik dan impian besar. Saat bahan bakar langka, orang kesulitan transportasi—dan dari keterbatasan ini, Honda menemukan solusi: ia memasang mesin kecil di sepeda, yang kemudian menjadi awal industri motor Honda.
Ia tidak hanya berpikir untuk menjual motor, tetapi ingin mengubah dunia melalui inovasi transportasi.
➡️ Sama seperti Rasulullah ﷺ, Soichiro Honda melihat ke depan, tidak hanya berfokus pada kesulitan saat itu, tetapi pada peluang besar di masa depan.
2. Visi yang Melampaui Satu Generasi
• Rasulullah ﷺ tidak hanya berjuang untuk Islam di zamannya, tetapi mewariskan perjuangan kepada para sahabat dan generasi berikutnya. Hasilnya? Islam berkembang pesat ke seluruh dunia dan masih bertahan hingga kini.
• Soichiro Honda tidak hanya membuat motor untuk dijual saat itu, tetapi membangun perusahaan dengan sistem, riset, dan inovasi sehingga Honda bertahan hingga sekarang, bahkan berkembang ke industri mobil, robotik, dan energi terbarukan.
➡️ Visi sejati tidak boleh berhenti di satu generasi, tetapi harus diwariskan dan diperjuangkan terus-menerus.
3. Mentalitas & Prinsip Sukses
Dari kedua kisah ini, ada prinsip yang bisa kita adopsi untuk membangun usaha lintas generasi, meskipun memulai dari nol:
✅ 1. Jangan Takut pada Keterbatasan, tetapi Gunakan Sebagai Tantangan
• Rasulullah ﷺ menghadapi batu besar dan kelaparan, tetapi justru melihat kemenangan besar di masa depan.
• Soichiro Honda menghadapi keterbatasan modal dan sumber daya, tetapi justru melihat peluang untuk menciptakan sesuatu yang baru.
➡️ Jangan menjadikan kesulitan sebagai penghalang, tetapi sebagai motivasi untuk berinovasi.
✅ 2. Punya Visi Jangka Panjang, Bukan Hanya untuk Hari Ini
• Rasulullah ﷺ tidak hanya fokus pada bertahan di Perang Khandaq, tetapi membangun peradaban Islam.
• Soichiro Honda tidak hanya membuat motor, tetapi membangun perusahaan yang bisa bertahan lebih dari 100 tahun.
➡️ Buatlah visi yang lebih besar dari hidup kita sendiri, yang manfaatnya bisa dirasakan generasi berikutnya.
✅ 3. Tidak Menyerah di Tengah Jalan
• Rasulullah ﷺ tidak membiarkan kesulitan membuat beliau berhenti berjuang.
• Soichiro Honda sempat gagal berkali-kali, tetapi tetap bangkit dan akhirnya sukses.
➡️ Kesuksesan bukan tentang tidak pernah gagal, tetapi tentang tidak menyerah saat menghadapi kesulitan.
✅ 4. Bangun Sistem yang Bisa Bertahan Lama
• Islam bertahan karena Rasulullah ﷺ membangun sistem kepemimpinan, pendidikan, dan dakwah yang diteruskan generasi berikutnya.
• Honda bertahan karena memiliki riset, inovasi, dan sistem bisnis yang bisa diwariskan.
➡️ Usaha yang bertahan lama harus memiliki sistem, bukan hanya bergantung pada satu orang.
4. Merancang Visi untuk Generasi Pemalang
Berdasarkan pelajaran dari Rasulullah ﷺ dan Soichiro Honda, berikut contoh visi yang bisa diadopsi oleh generasi Pemalang untuk membangun bisnis lintas generasi:
“Membangun perusahaan dari nol dengan semangat inovasi, ketahanan menghadapi tantangan, dan visi jangka panjang, agar manfaatnya bisa terus dirasakan oleh generasi mendatang.”
Untuk mewujudkan visi ini, langkah -langkahnya:
1. Mulai dari yang ada: Jangan fokus pada apa yang tidak ada, tetapi manfaatkan sumber daya yang tersedia.
2. Berani bermimpi besar: Jangan hanya berpikir untuk bertahan hidup, tetapi bagaimana bisa berkontribusi untuk masyarakat luas.
3. Bangun sistem, bukan hanya bisnis sementara: Usaha yang kuat harus bisa diwariskan dan dikelola oleh generasi selanjutnya.
4. Jangan berhenti di tengah jalan: Kesulitan pasti ada, tetapi mereka yang bertahan adalah yang akan menang.
Kesimpulan: Keterbatasan Hari Ini Tidak Menentukan Masa Depan
Baik Rasulullah ﷺ dalam Perang Khandaq maupun Soichiro Honda dalam membangun perusahaan, keduanya mengajarkan bahwa visi besar bisa lahir dari kondisi tersulit. Generasi Pemalang, meskipun saat ini tidak punya modal, dalam kondisi sulit, dan hanya bermodalkan kesehatan, tetap bisa membangun sesuatu yang besar, asal memiliki:
✅ Visi yang jelas
✅ Keberanian untuk memulai
✅ Ketahanan dalam menghadapi tantangan
✅ Sistem yang bisa diwariskan ke generasi berikutnya
Kita mungkin tidak akan melihat hasilnya dalam waktu dekat, tetapi jika kita memulai sekarang, generasi setelah kita akan menikmati buah perjuangan ini. Seperti Islam yang bertahan hingga kini, dan Honda yang masih terus berkembang, usaha kita juga bisa menjadi warisan bagi anak cucu.
Demikian semoga bermanfaat,
Penulis: apt. W Isro Abdilah