Emsatunews.co.id, Pemalang – Kader senior PDI Perjuangan Kabupaten Pemalang, Slamet Efendi, menyampaikan pandangannya mengenai dinamika internal partai banteng moncong putih. Dalam wawancara khusus pada Jumat (29/8/2025), ia menilai forum Konferda, Konfercab, maupun Konferancab seharusnya bukan semata ajang perebutan kursi kepengurusan, melainkan wadah untuk menyampaikan usulan dari bawah ke atas.
Menurut Slamet Efendi, mekanisme organisasi partai sebenarnya sudah jelas. Usulan kepengurusan lahir dari rapat di tingkat ranting, kemudian dibawa ke pengurus anak cabang (PAC), hingga ke level lebih tinggi. Namun, ia mengkritisi praktik di lapangan yang dinilai sering menyimpang.
“Usulan dari bawah bisa saja diabaikan oleh DPD atau DPP bila dianggap gagal memenuhi target politik partai. Musancab juga kerap sudah dikondisikan dengan saling titip nama KSB (ketua, sekretaris, bendahara) dari kelompok tertentu. Hal ini justru membuat partai semakin kerdil,” ungkap Slamet Efendi.
Lebih lanjut, SE ( Red- panggilan akrab nya) juga menyinggung kondisi DPC PDIP Kabupaten Pemalang pada Pilkada 2024. Menurutnya, meskipun perolehan kursi legislatif menurun dari 15 menjadi 12, partai sebenarnya masih memiliki kekuatan mencalonkan pasangan sendiri, baik sebelum maupun sesudah putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang syarat pencalonan.
“Seharusnya DPC PDIP bisa mengusung calon bupati dan wakil bupati secara mandiri seperti PKB. Apalagi setelah putusan MK, peluang itu semakin terbuka. Tetapi kenyataannya, justru DPC hanya menjadi pendukung calon dari partai lain yang perolehan suaranya lebih rendah dibanding PDIP,” tegasnya.
Sebagai salah satu deklarator PDI Promeg di Pemalang, Slamet mengingatkan bahwa setiap kader PDIP sejatinya layak memimpin, asalkan kembali pada roh perjuangan partai dan tidak mengutamakan kepentingan pribadi. Ia menyebut, kegagalan politik PDIP Pemalang dalam beberapa tahun terakhir menjadi bahan evaluasi serius.
“Pengurus PDIP saat ini harus sadar dengan tiga kegagalan politik: kekalahan Pilkada 2019, berkurangnya kursi legislatif pada 2024, dan ketidakmampuan mengusung calon bupati-wakil bupati pada 2024. Karena itu, sebaiknya berikan kesempatan kepada kader-kader mumpuni untuk menjadi nahkoda PDIP Pemalang,” ujar Slamet Efendi.
Ia juga mengingatkan bahwa peran para senior sebaiknya diarahkan sebagai perekat dan pendukung bagi kader muda yang siap memimpin. Menurutnya, hal itu penting untuk menjaga soliditas partai dan menghindari perpecahan.
“Semoga masukan ini menjadi bahan renungan, bukan sumber perpecahan di tubuh PDIP Pemalang. Jangan sampai menambah kekecewaan kader senior lain, karena sudah ada yang memilih mengundurkan diri dan bahkan menjadi ketua partai lain,” tuturnya.
Pernyataan Slamet ini menjadi catatan penting menjelang agenda konsolidasi internal PDIP. Suara kader senior dipandang berharga untuk memperkuat kembali basis perjuangan partai, agar tidak semakin tergerus oleh dinamika politik lokal.( Joko Longkeyang ).












