Emsatunews.co.id, Semarang – Transformasi infrastruktur jalan di Jawa Tengah menunjukkan hasil nyata pada penghujung tahun 2025. Jalur-jalur yang dulunya menjadi “ujian kesabaran” bagi pengendara karena kondisi retak dan berlubang, kini telah bersalin rupa menjadi aspal hitam mengilap dengan marka jalan yang tegas.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mencatat, hingga triwulan keempat 2025, tingkat kemantapan jalan provinsi telah mencapai angka impresif, yakni 94,01 persen. Capaian ini merupakan buah dari gerak cepat duet Gubernur Ahmad Luthfi dan Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen sejak dilantik pada Februari lalu.
Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen sempat meninjau langsung kualitas pengerjaan di ruas Jalan Sokaraja-Kalimanah, Banyumas, Selasa (23/12/2025). Jalur strategis menuju kawasan pegunungan tersebut kini terbentang mulus, memberikan kenyamanan ekstra bagi wisatawan dan masyarakat lokal di tengah momentum libur Natal dan Tahun Baru.”Kondisi infrastruktur yang prima adalah wajah kesiapan daerah dalam menyambut arus wisata dan silaturahmi keluarga. Kami berkomitmen memastikan seluruh perjalanan warga di Jawa Tengah berlangsung aman dan nyaman,” ujar Taj Yasin.
Kepala DPU BMCK Jateng, Hanung Triyono, mengungkapkan bahwa sepanjang tahun 2025, pihaknya telah menuntaskan 27 paket peningkatan jalan senilai Rp484,65 miliar. Selain itu, terdapat 52 paket rehabilitasi jalan dan jembatan dengan anggaran Rp315,42 miliar yang tersebar di seluruh penjuru provinsi.
Beberapa titik krusial yang kini telah rampung meliputi: Ruas Semarang–Godong: Jalur utama yang menjadi andalan saat Pantura Kaligawe terendam banjir. Jalan Brigjen Sudiarto, Kota Semarang: Jalur padat menuju Mranggen-Demak yang kini lebih aman dilalui. Jalur Tengah Jateng: Mulai dari Brebes, Pemalang, hingga Purbalingga disiapkan sebagai alternatif utama jalur tol dan nasional.
Tak sekadar membangun, Pemprov Jateng juga menyiagakan tim reaksi cepat di sembilan Balai Pengelolaan Jalan untuk mengantisipasi kerusakan akibat cuaca ekstrem. Targetnya tegas: setiap lubang baru yang muncul harus tertangani dalam waktu maksimal 1 x 24 jam.
Bagi warga seperti Abdul di Banyumas, jalan yang mulus adalah penggerak roda ekonomi. “Sekarang lalu lintas jauh lebih lancar. Aktivitas usaha jadi lebih efisien dan tidak terhambat lagi oleh jalan rusak,” tuturnya. Pembangunan ini menjadi bukti bahwa negara hadir hingga ke lapisan masyarakat paling bawah melalui layanan infrastruktur yang berkualitas.**( Joko Longkeyang).















