EMSATUNEWS.CO.ID, BREBES – Dalam menyongsong Hari Raya Idul Adha 1445 H/2024 M, Pemdes Pruwatan menggelar Festival Desa wisata. Menyuguhkan pagelaran seni budaya tradisional Kasidah, Hadroh dan Kuda Lumping, bertempat di taman rekreasi Bukit Sendari, Dukuh Sesepan, Jumat (14/6/2024).
Dalam sambutan Kepala Desa Pruwatan Rasiman, SH mengatakan, seni budaya tradisional adalah salah satu aset bangsa yang perlu dilestarikan.
“Kami tampilkan festival rebana yang merupakan seni budaya tradisional berasal dari Melayu namun sudah populer di masyarakat umum Indonesia,” ucap Rasiman.
Rebana merupakan alat musik yang terbuat dari bahan kulit yang ditempatkan di atas rangka kayu atau logam, di Brebes sendiri alat musik rebana banyak diproduksi di Desa Laren, Bumiayu.
Ditambahkan Rasiman, di tengah gempuran musik modern yang semakin menjamur, kesenian religi Islam “Hadroh” masih bertahan dan terus eksis hingga saat ini.
Group seni hadroh yang saat ini sedang mengisi acara festival merupakan jenis nyanyian sholawat Nabi yang dikemas dalam bentuk kesenian.
Kesenian hadroh ini terdiri dari alat musik tradisional seperti rebana, tifa, bass, tam atau tum, dan keplak yang dipadukan dengan vokal serta gerakan-gerakan yang khas.
“Hadroh biasanya dipentaskan dalam acara-acara keagamaan,” tuturnya.
Kesenian kasidah dan kuda lumping merupakan salah satu ciri khas kesenian lokal di Desa Pruwatan yang sudah dikenal dari dahulu kala.
Rasiman mengatakan, seni tradisional menjadi ikon tersendiri yang biasanya ditampilkan dalam acara besar maupun kegiatan yang berbau sakral.
“Beberapa budaya mencerminkan nilai-nilai positif yang lahir dari nenek moyang turun temurun yang harus di lestarikan,” imbuhnya.
Anggota Komisi DPRD Provinsi Jateng H. Ishak SH, MH, MM yang membidangi seni budaya tradisional, kepada awak media menyampaikan, seni tradisional hadroh dan rebana merupakan salah satu seni tradisional yang ada Kecamatan Bumiayu dan harus dilestarikan,” kata Ishak.
Ishak menambahkan, budaya yang membawa nilai positif memang harus dilestarikan, karena budaya itu adalah cerminan atau ciri khas dari sebuah komunitas atau wilayah. Menurutnya budaya tradisional itulah yang nantinya akan menggambarkan perjalanan serta kemajuan di wilayah atau komunitas tersebut.
“Melestarikan tradisi kesenian peninggalan nenek moyang sabetulnya menguntungkan kita,” tandasnya.
Masih menurut Ishak, mirisnya pandangan masyarakat saat ini ketika meremehkan budaya seni tradisional, orang-orang saat ini lebih mengikuti arus teknologi dan globalisasi, akan tetapi pemikiran pragmatis yang seperti itu tidak harus selalu diikuti.
“Dengan menjaga budaya warisan nenek moyang maka identitas suatu daerah tidak cepat hilang dan tergerus arus globalisasi dari negara lain,” harapnya.
“Budaya kita sendiri memiliki sensasi yang berbeda jika dibandingkan dengan kemajuan seni teknologi sekarang, yang terpenting lestarikan budaya yang positif dan bermanfaat bagi kita semua,” pungkasnya.
Tampil dalam acara tersebut beberapa group kasidah antara lain; Assalam dari dukuh Genteng, Arohmaniyah Dukuh Penanjung Dua, Alwahidah Dukuh Penanjung satu, Annaja Dukuh Sesepan, serta Nahdroh dari Pondok Pesantren Matoliul Miah, Almadad, jaran ebeg Dina Budaya yang dipimpin oleh Tarsono Wibowo, dll.
Acara dihadiri oleh Anggota DPRD Provinsi Jateng sektor seni dan budaya, Forkompincam Bumiayu, para perangkat dan unsur lembaga desa, tokoh masyarakat serta tamu undangan. (dun/yan).