Emsatunews.co.id, Pemalang – Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, menegaskan bahwa keberadaan Sekolah Rakyat Terintegrasi (SRT) di wilayahnya merupakan langkah yang sangat tepat guna menekan angka kemiskinan, khususnya kemiskinan ekstrem. Konsep pendidikan ini dinilai sejalan dengan kebutuhan daerah akan investasi padat karya.”Tujuannya di Jawa Tengah sangat pas sekali. Satu sisi, kita mereduksi miskin ekstrem terkait dengan sekolah rakyat yang kita perlukan. Kedua, menjurus sekolah vokasi karena di Jawa Tengah itu kita proyeksikan untuk sekarang adalah investasi padat karya,” jelas Gubernur Luthfi.
Pernyataan tersebut disampaikan Luthfi usai mendampingi Menteri Sosial Syaifullah Yusuf dan Menteri PAN-RB Rini Widyantini meninjau SRT 45 Semarang, pada Rabu, 29 Oktober 2025.
Saat ini, Jawa Tengah telah memiliki 14 rintisan sekolah rakyat yang tersebar di 13 kabupaten/kota. Jumlah ini ditambah dengan sekolah milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah, yakni Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Jateng yang berlokasi di Semarang, Pati, dan Purbalingga.
SRT 45 Semarang, salah satu dari 14 rintisan tahap 1, saat ini masih menempati gedung sementara di Kompleks Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BBVP), Jalan Brigjen Sudiarto, Kota Semarang. Sementara itu, persiapan untuk sekolah rakyat tahap 2 yang direncanakan beroperasi pada tahun 2026 di 11 kabupaten/kota sedang dimatangkan.
Selain program SRT, Pemprov Jateng juga berupaya mereduksi kemiskinan ekstrem melalui sektor pendidikan lain, seperti SMK Jateng dan program Sekolah Kemitraan. Program ini memfasilitasi anak-anak dari keluarga miskin dan kurang mampu.“Kewajiban Provinsi adalah SMA/SMK. Kemarin kami juga sekolahkan 5.004 anak dari keluarga miskin yang ditempelkan di sekolah swasta di Jawa Tengah,” ungkap Gubernur Luthfi.
Menteri Sosial, Syaifullah Yusuf, menegaskan dukungan pemerintah pusat terhadap program ini. Ia mengonfirmasi bahwa gedung permanen SRT 45 Semarang akan mulai dibangun tahun ini dengan dana APBN.“Lahannya nanti yang menyiapkan wali kota, pembangunan dilakukan dengan APBN. Luasnya nanti sekitar 7–8 hektare,” kata Menteri Syaifullah.
Gedung permanen tersebut diproyeksikan dapat menampung sekitar 1.000 siswa dari jenjang SD hingga SMA. Fasilitasnya pun akan lengkap, mencakup ruang kelas, asrama siswa dan guru, perpustakaan, lapangan olahraga, aula, hingga tempat ekstrakurikuler. “Mudah-mudahan tahun depan sudah bisa pindah ke gedung permanen,” harapnya.
Menteri Syaifullah menambahkan, SRT merupakan bagian dari upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia yang saat ini sudah memiliki 165 sekolah rakyat yang beroperasi secara nasional. Konsep SRT mengusung trilogi memuliakan wong cilik, menjangkau yang belum terjangkau, dan memungkinkan yang tidak mungkin.“Jadi selain anak-anaknya sekolah, orang tua atau wali siswa juga akan mengikuti program pemberdayaan, seperti menerima bantuan sosial dan pelatihan, sehingga dalam lima tahun sudah bisa terangkat kesejahteraannya. Anaknya lulus, keluarganya lepas dari kemiskinan,” tutup Syaifullah Yusuf.**( Joko Longkeyang ).












