Emsatunews.co.id, Pemalang – Program perbaikan infrastruktur jalan di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, terus digalakkan pemerintah daerah, terutama pada ruas-ruas yang selama ini mengalami kerusakan parah. Salah satu fokus utama adalah ruas jalan Ambokulon – Blendung yang melintasi wilayah Kecamatan Ulujami, yang kondisinya diharapkan mampu menopang aktivitas masyarakat dan perekonomian lokal.
Namun, harapan akan jalan yang mulus dan tahan lama kini menghadapi kenyataan pahit.
Proses pengaspalan di ruas jalan tersebut sejatinya telah dimulai sejak pertengahan Juli 2025. Ironisnya, laporan terkini menunjukkan bahwa belum genap satu pekan setelah pekerjaan pengaspalan rampung, permukaan jalan di Desa Pagergunung sudah memperlihatkan keretakan yang signifikan. Tim wartawan yang melintas ke lokasi pada Kamis, 17 Juli 2025, menemukan sejumlah titik aspal yang baru terhampar telah mulai rusak. Keretakan memanjang terlihat jelas di sepanjang jalur aspal baru, dari titik awal pelaksanaan hingga bagian akhir jalan, terutama di samping aspal yang baru digelar.
Kondisi ini sontak memicu kegelisahan di tengah masyarakat dan sorotan tajam dari berbagai pihak. Bagaimana mungkin proyek yang baru selesai dikerjakan bisa langsung menunjukkan kerusakan demikian cepat? Pertanyaan mengenai kualitas pengerjaan dan tingkat pengawasan terhadap proyek ini menjadi topik hangat.
Papan informasi proyek yang terpasang di lokasi mengungkapkan bahwa pekerjaan ini merupakan Pemeliharaan Rutin Ruas Jalan Ambokulon, Blendung, dan dilaksanakan oleh CV Rinjani. Proyek ini didanai melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Pemalang Tahun 2025, dengan nilai kontrak yang cukup besar, mencapai Rp199.597.369,50.
Durasi pelaksanaan proyek ini tercatat selama 60 hari kalender, berdasarkan Surat Perintah Kerja (SPK) Nomor 027.3/02.BM.158.K/PUTR/2025 yang dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Pemalang pada 23 Juni 2025. Dengan nilai anggaran yang hampir menyentuh dua ratus juta rupiah dan jangka waktu pengerjaan yang tidak terlalu lama, munculnya retakan dalam hitungan hari pasca-pengaspalan benar-benar di luar ekspektasi publik.
Masyarakat Pemalang, yang selama ini menaruh harapan besar pada infrastruktur jalan yang baik untuk kelancaran roda perekonomian, kini merasa kecewa dan menuntut penjelasan. Kerusakan dini pada proyek infrastruktur publik tidak hanya menimbulkan kerugian finansial bagi daerah, tetapi juga berpotensi menghambat mobilitas warga dan aktivitas ekonomi.
Hingga berita ini ditulis, baik pihak penyedia jasa, CV Rinjani, maupun Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Pemalang belum memberikan keterangan resmi terkait insiden keretakan aspal ini. Ketiadaan penjelasan resmi semakin memperkuat desakan publik untuk transparansi dan akuntabilitas.
Warga dan berbagai elemen masyarakat berharap ada audit kualitas dan evaluasi menyeluruh terhadap seluruh tahapan proyek ini, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pengawasan. Pertanyaan mendasar yang menggantung adalah: Apakah ini murni kelalaian dalam pelaksanaan oleh kontraktor? Apakah ada kelemahan dalam pengawasan yang dilakukan oleh dinas terkait? Atau adakah faktor lain yang menyebabkan aspal baru ini begitu cepat rusak? Masyarakat Pemalang menunggu jawaban konkret dan tindakan tegas dari pihak berwenang untuk memastikan kualitas infrastruktur yang dibangun benar-benar sesuai standar dan memberikan manfaat jangka panjang.( Joko Longkeyang ).