ArtikelBerita UtamaDaerahInternasionalNasionalPemalang

Tidak Semua yang Terbakar Akan Jadi Abu, Ujian Hidup Justru Menguatkan

939
×

Tidak Semua yang Terbakar Akan Jadi Abu, Ujian Hidup Justru Menguatkan

Sebarkan artikel ini

Emsatunews.co.id, Pemalang – Dalam pusaran kehidupan yang penuh dinamika, kita kerap kali dihadapkan pada serangkaian ujian. Sebagian orang mungkin memandang ujian sebagai akhir dari segalanya, sebuah kehancuran yang tak terhindarkan. Namun, seperti halnya batu bata yang sengaja dibakar agar menjadi keras, ujian hidup sejatinya hadir bukan untuk memusnahkan, melainkan untuk menguatkan.

Opini yang disampaikan oleh Ahmad Joko S.S.p., S.H., wartawan media online : emsatunews.co.id ini merangkum sebuah analogi yang mendalam dan relevan. Ia membandingkan proses pembentukan batu bata dengan perjalanan manusia menghadapi tantangan. Batu bata, sebelum menjadi kokoh dan fungsional, harus melalui proses pembakaran ekstrem. Panas yang membakar justru mengubah material rapuh menjadi struktur yang kuat dan tahan lama. Tanpa panas tersebut, batu bata hanya akan tetap menjadi tanah liat yang mudah hancur.

Advertisement

Analogi ini membawa kita pada sebuah refleksi. Ujian hidup—bisa berupa kegagalan, kehilangan, atau kesulitan finansial—sering kali terasa seperti api yang membakar. Rasa sakit dan kepedihan yang ditimbulkannya mungkin membuat kita merasa hancur. Namun, di balik rasa sakit itu, ada sebuah proses metamorfosis yang sedang terjadi. Setiap tetes air mata dan setiap keringat yang kita keluarkan untuk bangkit kembali adalah bagian dari proses pembentukan diri.

Baca Juga :  Panglima TNI: Pengamanan Tidak Menggangu Kenyamanan Masyarakat Sesuai Instruksi Presiden

“Tidak semua yang dibakar akan hangus menjadi abu. Batu bata sengaja dibakar agar menjadi keras, begitu pun dalam kehidupan kita,” ujar Ahmad Joko. Ia menekankan bahwa persepsi kita terhadap ujian sangat menentukan hasilnya. Jika kita memandang ujian sebagai kehancuran, maka kita akan menyerah. Sebaliknya, jika kita melihatnya sebagai kesempatan untuk bertumbuh, kita akan keluar sebagai pribadi yang jauh lebih kuat.

Dalam menghadapi tantangan, mentalitas adalah kunci. Kekuatan sejati bukan diukur dari seberapa banyak kita tidak pernah jatuh, melainkan dari seberapa cepat kita bangkit setelah terjatuh. Proses bangkit inilah yang menempa karakter, mengasah mental, dan membentuk ketahanan diri. Kita belajar untuk lebih bijaksana, sabar, dan gigih. Pengalaman pahit menjadi guru terbaik yang mengajarkan kita untuk menghargai setiap momen dan tidak mudah menyerah.

Baca Juga :  Sesosok Mayat Laki-Laki Ditemukan di Tengah Hutan Lebakbarang

Oleh karena itu, ketika ujian datang, janganlah bersembunyi atau lari. Hadapi dengan kepala tegak. Ingatlah analogi batu bata. Proses yang terasa menyakitkan itu justru adalah bagian dari pembentukan diri. Pada akhirnya, kita akan menemukan bahwa tantangan yang kita lalui telah mengubah kita menjadi versi diri yang lebih baik, lebih tangguh, dan lebih siap menghadapi rintangan di masa depan. Kita tidak menjadi abu, melainkan menjadi batu bata yang kokoh, siap menopang bangunan kehidupan yang lebih besar dan bermakna.( Joko Longkeyang).