EMSATUNEWS.CO.ID, JAKARTA – Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Zulkifli Hasan atau akrab disapa Zulhas yang juga merupakan Menteri Perdagangan menjadikan sholat sebagai sebuah candaan serta mengolok-olok syariat sholat umat muslim pada sebuah acara yang diseleggarakan di kementerian merupakan sebuah tindakan yang tidak mencerminkan seorang pejabat public, seharusnya beliau memberi teladan yang baik dalam bertutur kata didepan umum apalagi menjelang pemilu ini cukup sensitif, terlebih harus bersikap netral bukan sebaliknya membuat kegaduhan yang menimbulkan reaksi dan kemarahan umat islam.
Sebagai seorang pejabat public tidak seharusnya agama dibawa keranah politik. Apalagi beliau sampaikan syahadatnya pendukung kosong dua pakai dua jari, loyalitas pada politikus yang seperti ini memang yang kita butuhkan. Ini maksudnya apa?
Yaban Ibnu selaku Ketua Harian Cendekia Muda Muslim Indonesia menilai yang dismpaikan Zulhas memperlihatkan situasi politik yang semakin tidak mengarah pada pendidikan politik yang membangun dan mencerdaskan bagi masyarakat akan tetapi malah justru menjurus pada tindakan politik identitas yang destruktif dan bisa menimbulkan konhlik di masyarakat.
“Jika kita nilai kata Amin dalam sholat itu tidak ada sangkut pautnya dengan Amin (Anies-Muhaimin). Pernyataan seperti ini kami menilai sangat menghina dan provokatif. Jika Pak Zulhas dengan sengaja mengolok-olok syariat agama dan mempermainkan sholat, ini merupakan kesalahan dan blunder terbesar yang bukan saja berdampak buruk pada Zulhas dan Partainya bahkan sampai pada pemerintahan Jokowi itu sendiri. Oleh karena itu kami mendesak Zulhas segera mengakui kesalahan dan segera meminta maaf kepada masyarakat muslim Indonesia,” kata Yaban Ibnu.
“Dengan tegas kami Dewan Pimpinan Pusat Cendekia Muda Muslim Indonesia (DPP CMMI) meminta Zulhas untuk segera meminta maaf kepada umat Islam atas ucapan dan kekeliruan tersebut,” tandasnya.
Menururtnya, hal ini juga menjadi himbauan kepada para elit politik dan tokoh politik lainnya untuk tidak menyeret unsur agama menjadi konsumsi yang provokatif.