Scroll ke Atas
Budaya

Ngaji Kebangsaan, Ani Afiqoh: Tumpeng Sebagai Simbol Harmonisasi Kehidupan Dalam Keberagaman

17
×

Ngaji Kebangsaan, Ani Afiqoh: Tumpeng Sebagai Simbol Harmonisasi Kehidupan Dalam Keberagaman

Sebarkan artikel ini

ERAPOS ONLINE – Ngaji Kebangsaan dengan tema Filosofi Tumpengan atau Tumpeng dalam kehidupan masyarakat Jawa, digelar di Pondok Pesantren Pring Jagad yang berada di Kelurahan Sukodono, Kecamatan Kendal, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Sabtu (12/10/2024) pukul 20.30 WIB.

Ngaji Kebangsaan diikuti oleh para santri dari Pondok Pesantren Pring Jagad tersebut, menghadirkan nara sumber antara lain Ketua DPRD Kabupaten Kendal, Mahmud Sodiq, dari Kabid PAUD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Kendal, Jati Pramono, Pemimpin Pondok Pesantren Pring Jagad, Gus Ilyas, serta anggota DPRD Kabupaten Kendal, Khasanudin, pegiat budaya dan pendidik, Ani Faiqoh, dan pegiat budaya yang juga jurnalis senior, Slamet Priyatin.

Baca Juga :  Kabupaten Pemalang Lestarikan Budaya Melalui Prosesi Jamasan Kereta Kencana dan Benda Pusaka

Para Nara sumber tersebut memaparkan beragam materi yang terkait dengan kondisi yang terjadi di masyarakat saat ini.

Ani Faiqoh, dengan materinya Filosifi Tumpeng dalam kehidupan bermasyarakat, menyampaikan bahwa Tumpeng memiliki makna dan simbolisme yang adi luhung dalam kehidupan masyarakat Jawa.

“Secara umum, filosofi Tumpengan atau Tumpeng erat kaitannya dengan perwujudan dari nilai toleransi, keikhlasan, kebesaran jiwa, dan kekaguman atas kebesaran Tuhan Yang Maha Esa”, ungkap Ani.

Baca Juga :  Film “Berandal Ilegal” Sabet Juara I Festival Film Pendek Griffest 2024.

“Jika kita perhatikan, bentuk Tumpeng yang mengerucut dan dikelilingi oleh lauk-pauk serta sayuran, menggambarkan simbol ekosistem dan Harmonisasi kehidupan dalam keberagaman”, imbuh Ani.

Pada awalnya, lanjut Ani, Nasi Tumpeng merupakan tradisi untuk memuliakan gunung-gunung yang dianggap sebagai tempat bersemayamnya Hyang Widhi.

“Namun, setelah agama Islam masuk ke Pulau Jawa, makna pembuatan tumpeng pun bergeser, yakni yang pada awalnya dibuat untuk memuliakan gunung, lalu berubah menjadi wujud kepatuhan dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa”, terang Ani.