Emsatunews.co.id, SEMARANG – Provinsi Jawa Tengah, dengan potensi produksi pangan yang melimpah, kini mengambil langkah serius untuk mengendalikan inflasi dan memastikan ketersediaan bahan pangan bagi masyarakatnya. Gubernur Ahmad Luthfi menegaskan pentingnya strategi konkret dan sinergis dalam menstabilkan harga komoditas strategis.
Dalam High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) bertema “Memperkuat Sinergi Pengendalian Inflasi Guna Mendukung Stabilitas Harga” di Hotel Gumaya, Semarang, Luthfi menyoroti potensi Jawa Tengah sebagai lumbung pangan. Produksi beras di Klaten, bawang merah di Brebes, serta cabai di Temanggung dan Rembang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk menyuplai daerah lain, sehingga lonjakan harga bisa ditekan.
“Maka kita penetrasi ke daerah lain, sehingga tidak ada inflasi terkait dengan harga itu,” tegas Gubernur Luthfi.
Sebagai informasi, harga beras medium per 8 Juli 2025 rata-rata mencapai Rp13.565, melampaui Harga Acuan Pembelian (HAP) sebesar Rp12.500. Bahkan di beberapa kota seperti Semarang dan Pekalongan, harganya menyentuh Rp14.750 per kilogram. Kenaikan ini sejalan dengan melonjaknya harga gabah kering panen (GKP) petani dari Rp6.415 menjadi Rp6.693.
Menanggapi fenomena kenaikan harga ini, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) telah bergerak cepat. Melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) terkait, operasi pasar masif telah dilakukan, dan Toko TPID kini hadir di 11 kabupaten/kota. “Itu sudah berjalan. Saya sudah suruh kabupaten kota yang lain agar mendirikan toko TPID,” ungkap Luthfi.
Lebih lanjut, Pemprov Jateng juga giat mendorong penguatan kemitraan melalui skema champion komoditas, khususnya bawang merah dan cabai rawit. Saat ini, kemitraan telah terjalin dengan luasan tanam cabai mencapai 300 hektare dan kolaborasi dengan 15 mitra champion. Untuk memperkuat daya tahan pangan lokal, berbagai BUMD dan koperasi pangan juga telah dibentuk di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, termasuk 29 Badan Usaha Milik Petani aktif dan Koperasi “Merah Putih” sebagai ujung tombak distribusi.
Gubernur Luthfi menjelaskan bahwa strategi pengendalian inflasi akan dijalankan dalam dua arah: jangka pendek melalui optimalisasi pasokan dan distribusi pangan, serta jangka panjang. “Kita melakukan rapat HLM untuk membahas kenaikan bapok di wilayah kita. Rapat ini untuk penetrasi, tidak hanya terkait harga tetapi juga distribusinya, sehingga masyarakat terlayani,” ujarnya.
Sementara itu, untuk jangka panjang, strategi yang disiapkan meliputi pembangunan ekosistem ekonomi digital, penguatan data pangan, hingga pendirian food hub modern lengkap dengan fasilitas cold storage.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra, turut menyampaikan bahwa inflasi Jateng pada Juni 2025 tercatat sebesar 0,24% (month-to-month). Beras, cabai rawit, bawang merah, daging ayam ras, dan telur ayam ras menjadi penyumbang utama inflasi. Rahmat secara penuh mendukung langkah-langkah Gubernur Ahmad Luthfi dalam upaya pengendalian inflasi ini.
“Betul disampaikan Pak Gubernur, kita akan fokus pada pengendalian harga bahan pokok penting. Jawa Tengah sudah berhasil di 11 kabupaten/kota, dan Pak Gubernur sudah meminta agar kabupaten/kota lain mengikuti,” pungkas Rahmat.**( Joko Longkeyang).