Berita UtamaBrebes

Brebes Darurat Bencana Ekologis, Banjir Bandang Menyebabkan Duka Mendalam

157
×

Brebes Darurat Bencana Ekologis, Banjir Bandang Menyebabkan Duka Mendalam

Sebarkan artikel ini

EMSATUNEWS.CO.ID, BREBES – Banjir bandang dahsyat menerjang wilayah selatan Brebes pada Sabtu petang (8/11/2025), meninggalkan jejak kemusnahan. Tiga nyawa melayang dan ratusan rumah terendam, serta infrastruktur vital yang porak-poranda.

Bencana ini bukan sekadar akibat curah hujan ekstrem, melainkan cerminan krisis ekologis yang telah lama diabaikan.

Advertisement

Tiga Nyawa Melayang, Desa Terisolasi.

Amukan air bah yang datang secara tiba-tiba menghanyutkan permukiman dan lahan pertanian warga.

Tiga orang dilaporkan tewas di dua kecamatan berbeda. Haikal Aldi (27), warga Desa Kalierang, Kecamatan Bumiayu harus meregang nyawa saat banjir bah menimpa, Suwoyo (26), warga Desa Igirklanceng dan Joni (35), warga Desa Dawuhan, Kecamatan Sirampog.

Ketiganya ditemukan setelah terseret arus deras saat banjir menerjang. Sementara itu, ratusan warga lainnya terpaksa mengungsi karena rumah mereka terendam air hingga setinggi dada orang dewasa.

Kerusakan Infrastruktur Parah.

Jembatan Bantarwaru di Kecamatan Bantarkawung—jalur vital antar desa—putus diterjang arus deras, membuat ribuan warga terisolasi, serta salah satu warga bernama Saputra (16) tewas setelah sepeda motor yang dikendarainya bersama dua temannya terperosok ke bawah jembatan Cibiuk yang ambruk di jalur Bangbayang–Bantarwaru Kecamatan Bantarkawung, tersebut.

Baca Juga :  Jawa Tengah Bangkit, Tim Transisi Luthfi-Yasin Libatkan NU dan Muhammadiyah Dalam Perumusan Kebijakan

Di Kecamatan Bumiayu, jalan nasional Tegal–Purwokerto terendam hingga 80 sentimeter, melumpuhkan lalu lintas.

Sedikitnya, ratusan rumah di tiga kecamatan (Sirampog, Bumiayu, dan Bantarkawung) dilaporkan terendam dan puluhan di antaranya rusak berat.

Hutan Telah Menangis.

Ketua Jaga Rimba Indonesia, Diky Candra, menilai tragedi ini sebagai sinyal darurat dari alam yang kian tertekan.

Ia menegaskan bahwa kerusakan hutan di lereng barat Gunung Slamet menjadi faktor utama yang memperparah dampak banjir bandang.

“Hutan telah menangis,” ujar Diky, air yang seharusnya menjadi berkah, kini turun sebagai kutukan, membawa lumpur dan material longsoran.

Baca Juga :  Etika, Hukum dan Masa Depan Demokrasi Politik: Evaluasi dan Refleksi Keputusan Mahkamah Konstitusi tentang Pilpres 2024

Menurut data Jaga Rimba Indonesia, sekitar 81 hektare hutan lindung di wilayah hulu telah beralih fungsi menjadi lahan pertanian dan area wisata.

Hilangnya tutupan vegetasi membuat tanah kehilangan kemampuan menyerap air, meningkatkan risiko banjir dan longsor setiap musim penghujan.

Brebes Darurat Bencana Ekologis

Pemerintah Kabupaten Brebes telah menetapkan status tanggap darurat bencana. Tim BPBD bersama TNI–Polri dikerahkan untuk evakuasi warga, penyaluran bantuan logistik, dan perbaikan sementara infrastruktur yang rusak.

Namun di tengah upaya penanganan darurat, banyak pihak menilai langkah lebih mendasar harus segera dilakukan, rehabilitasi hutan dan penegakan hukum terhadap alih fungsi lahan ilegal.

Banjir bandang ini menjadi pengingat pahit bahwa alam tak lagi bersahabat. Hutan yang dulu menjadi pelindung kini kian gundul, dan ketika hujan turun, air tak lagi mengalir dengan damai, tapi ia datang membawa peringatan.***